UPAYA PEWARISAN BUDAYA MELALUI TULISAN, DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KAB. PANDEGLANG GELAR BIMBINGAN TEKNIS PENULISAN SEJARAH
Pandeglang (24/7) – Beragamnya informasi kesejarahan yang diterima dikalangan masyarakat, kadangkala tidak terujinya informasi dari segi data. Dalam hal ini, dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten Pandeglang melangsungkan kegiatan bimbingan teknis Penulisan Sejarah dengan focus pembahasan Sejarah Lokal di kabupaten Pandeglang yang bertempat di Hotel Pandeglang Raya.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu 24 Juli 2024 yang dihadiri oleh 50 orang terdiri dari Guru sejarah SMP/SMA sederajat terdekat, juru pelihara makam kramat, juru pelihara cagar budaya serta komunitas kesejarahan dan kebudayaan. Beberapa rangkaian acara menandakan dibukanya kegiatan tersebut dengan diawali oleh moderator, menyanyikan lagu Indonesia raya, laporan ketua pelaksana dan sambutan istimewa yang disampaikan oleh kepala dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten pandeglang. dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa dalam penulisan sejarah terdapat metodologi yang digunakan sebagai petunjuk penulisan agar menghasilkan tulisan yang dapat dipertanggungjawabkan secara orisinalitas datanya. Ia juga menyampaikan bahwa di lingkungan masyarakat peristiwa sejarah lebih mengandalkan tradisi lisan yang masih harus dibuktikan kebenarannya.
“Sejarah harus ditulis sesuai dengan metodologinya agar tidak mengalami distorsi sejarah karena penyampaiannya dilakukan dari mulut ke mulut, kita harus menurunkan kisah dan warisan ke generasi yang akan datang”. Ujarnya dalam sambutan tersebut.
Kemudian, untuk mencapai tujuan kegiatan ini disajikan beberapa materi pengantar untuk membekali penulisan, diantaranya pengantar penulisan sejarah yang disampaikan oleh Ibu Siti Rohani dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah VIII. Ia menyampaikan beberapa hal yang harus diketahui dari lingkup sejarah, meliputi pengertian dasar yang diperkuat oleh pengertian dari para ahli dan beberapa metode-metode yang dapat digunakan pada penulisan sejarah. Suasana dihangatkan dengan tukar pikiran dan pengalaman dari peserta kegiatan yang menyampaikan masalahnya terkait kurangnya sumber primer yang mendukung apakah sejarah tersebut benar-benar terjadi. Hal ini sering terjadi dimasyarakat yang mengkaitkan peristiwa masa lampau dengan unsur magic.
“Dalam menulis sejarah, penulis harus bisa bersifat netral. Tidak membenarkan ke salah satu narasumber yang dianggap sebagai juru kunci. Verifikasi atau kritik sumber perlu dilakukan saat sudah melewati heuristic (pengumpulan data). Dan penulisan membutuhkan ilmu bantu lain seperti sosiologi, antropologi, politik, dll.” Ujarnya pada sesi interaktif Bersama peserta.
Setelah mengenal dasar-dasar sejarah, materi diteruskan oleh Ibu Nanda Ghaida dari Kantor Bahasa Provinsi Banten yang mengulas tentang tata bahasa dalam penulisan sejarah. Poin penting dalam pembahasan ini terkait dengan kaidah-kaidah penulisan khususnya dalam bidang sejarah. Diawali dengan dikenalkannya unsur-unsur paragraph dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis. Tidak hanya teori, peserta mulai menyusun paragraph dan membedahnya secara Bersama-sama, ide yang dituangkan dalam tulisan pun melingkupi daerah lokal di provinsi Banten khususnya kabupaten Pandeglang.
Kemudian, setelah dibekali metode dalam penulisan sejarah peserta diajak untuk mempraktikan penulisan secara langsung. Moderator mempersilahkan Bapak Endra Permana dari UPT Museum Multatuli menyampaikan materi dan membimbing peserta selama proses penulisan tersebut dengan membawa topik Penulisan Sejarah Populer. Dalam mencari sumber dikenalkan pula website yang menyimpan arsip-arsip peninggalan Indonesia baik dari arsip nasional maupun arsip-arsip yang tersimpan di Leiden, Belanda. Hal tersebut memudahkan peserta untuk mengakses secara virtual sumber-sumber yang dibutuhkan.
“Modal kita dalam menulis cukup mencari tahu dan membuat sebuah pertanyaan yang dapat diuraikan kedalam bentuk tulisan.” Ujarnya
Lalu ia pun menambahkan dalam penulisan sejarah popular berbeda dengan penulisan ilmiah lainnya, ia pun berkata demikian karena memberikan komentar terhadap penulisan yang telah dibuat oleh peserta. Dimana dalam bentuknya terdapat pertanyaan pemantik yang membenarkan apakah sejarah factual.
Hadirnya beberapa peserta yang bergerak pada bidang sejarah dan budaya mewarnai akan beragamnya warisan-warisan budaya yang ada di kabupaten Pandeglang. beberapa pengalaman yang disampaikan oleh Juru Pelihara makam keramat dan cagar budaya, maupun guru-guru sejarah dengan tantangan dalam menyampaikan nilai kepada siswa serta komunitas-komunitas terkait sebagai pemerhati dalam kebudayaan menambah setiap wawasan peserta terhadap warisan-warisan baik yang disumbangkan pada masa prasejarah, Kerajaan Hindu-Budha dan Islam, serta masa kebangkitan nasional. Dan dari warisan sejarah didalamnya tersimpan nilai-nilai moral yang dapat menjadi pijakan untuk berkehidupan selanjutnya.
Eva (Relawan Cahaya Aksara)