Minggu, 4 Agustus 2024 pukul tiga sore, saat matahari beberapa jam lagi akan tenggelam, di Ruang Riung TBM Cahaya aksara beberapa orang melingkar berdiskusi tentang sebuah novel "Apa dan Bagaimana Novel di Sudut Senja" yang ditulis oleh Munawir Syahidi, buku ini membahas bagaimana perjuangan seorang remaja yang "bertahan dan tidak sempat meyerang", menjalani hidup dengan masalah-masalahnya, Novel berlatar tempat Cibaliung pada masa itu, nampaknya masih relevan didiskusikan, terutama pada beberapa peristiwa yang latar budayanya masih ada sampai sekarang.
Namun, diskusi itu bergeser pada masalah lain, bagaimana sebenernya minat baca masyarakat di era digital sekarang, hantaman gaway bagi anak-anak kecil, game online sampai judi online menghantui generasi muda hari ini.
Kata Munawir, menjadi malu dan takut ditertawakan jika sekarang ini mengajak orang ngomongin buku, takut kecewa, karena game online nampaknya lebih menarik untuk anak-anak muda kita hari ini. Game online dan medsos.
Matahari semakin ke Barat, angin bulan Agustus begitu kencang berhembus, kami bahkan sempat tidak saling bicara merasakan dinginnya cuaca, dan takut kalau atap ruang riung tempat kami diskusi tiba-tiba terbang terbawa angin, diskusi berlanjut kembali, kami sepakat bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa literasi mempengaruhi sumber daya manusia, sementara negara yang maju adalah negara yang memiliki sumber daya manusia yang unggul. SDM unggul itu bisa diwujudkan dengan tiga pilar, pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang baik.
Kita lihat pendidikan kita hari ini, kesehatan masyarakat hari ini, dan perkembangan ekonomi masyarakat kita hari ini.
Diantara bunyi daun yang diterpa angin yang juga menghantam tubuh kami, ada harapan yang tersirat, "alangkah bahagianya jika membaca menjadi kebiasaan masyarakat kita" semoga diskusi kecil ini tetap bisa kami lakukan.